TUGAS GEOLOGI INDONESIA
TEKTONIK PULAU MALUKU
OLEH:
Kelompok III
Geogarfi B 2013
Muh. Isram Al Saban
Nursang Lageni
Tarmizin
Belafista Hambali
Tri Pujiasih
Israwati
Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T
Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Pulau Maluku dan
pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia bagian Timur termasuk ke dalam
sistem pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan
lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979). Bagian Utara Halmahera merupakan
lempeng Samudera Philipina yang menunjam di bawah Philipina sepanjang palung
Philipina yang merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil
tabrakan lempeng di bagian barat Pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double Arc
System dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan
nonvulkanik di lengan timur.
Secara geologi dan tektonik Maluku
cukup unik, karena pulau ini terbentuk dari pertemuan 3 lempeng, yaitu Eurasia,
Pasifik dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman kapur. Di selatan Halmahera
pergerakan miring sesar Sorong kea rah barat bersamaan dengan Indo-Australia
struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda
yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan,
Timur Laut - Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.
Struktur sesar terdiri dari sesar
normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara.
Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan
antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-oligosen Awal,
mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan
gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada jaman Eosen-Oligosen.
Tektonik terakhir terjadi pada jaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan
adanya sesar normal yang memotong batugamping.
Kawasan Maluku Utara adalah kawasan
yang didominasi oleh perairan, dengan perbandingan luas daratan dan laut adalah
1 : 3. Kawasan ini terdiri atas 353 pulau dengan luas kira-kira 32.000 km²,
yang tersebar di atas perairan seluas 107.381 km². Gugusan kepulauan di kawasan
Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief yang besar, Palung-palung samudra,
dan Punggung Pegunungan yang sangat mencolok saling bersambung silih berganti.
Secara umum struktur fisiografi kawasan Maluku Utara terbentuk dari zona
pertemuan dua sistem bentang alam. Kedua sistem bentang alam tersebut antara
lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem Bentang Alam Ternate, dengan
batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan Cekungan Halmahera di timur.
Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian
yang paling rumit di kawasan ini.
Lempeng Laut Maluku,
yaitu sebuah lempeng
benua kecil mengalami tumbukan ke
Palung Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan ke arah timur di bawah
Halmahera, sedangkan di sebelah selatannya terikat oleh Patahan Sorong.
Busur dalam Halmahera yang bersifat
vulkanis berkembang di sepanjang pantai barat Halmahera dan menghasilkan
pulau-pulau lautan yang bersifat vulkanis, antara lain adalah : Ternate,
Tidore, Makian dan Moti. Mare terbentuk dari material vulkanis yang terangkat,
sedangkan Kayoa berasal dari terumbu karang yang terangkat. Mayu dan Tifore
yang terletak di sepanjang gigir tengah Laut Maluku yang meninggi merupakan
keping Melange aktif .
Pulau Halmahera dan pulau-pulau
disekitarnya yang ada di Indonesia bagian Timur termasuk ke dalam sistem
pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan
lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979). Bagian Utara Halmahera merupakan
lempeng Samudera Philipina yang menunjam di bawah Philipina sepanjang palung
Philipina yang merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil
tabrakan lempeng di bagian barat Pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double
ArcSystem dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan
nonvulkanik di lengan timur.
Di selatan Halmahera pergerakan
miring sesar Sorong ke arah barat bersamaan dengan Indo-Australia struktur
lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan
Struktur sesar terdiri dari sesar
normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara.
Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan
antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-oligosen Awal,
mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan
gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada jaman Eosen- Oligosen.
Tektonik terakhir terjadi pada jaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan
adanya sesar normal yang memotong batu gamping.
Referensi :
(diakses tanggal 28
Oktober 2015 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar