TUGAS GEOLOGI INDONESIA
TEKTONIK KEPULAUAN NUSA TENGGARA
OLEH:
Kelompok III
Geogarfi B 2013
Muh. Isram Al Saban
Nursang Lageni
Tarmizin
Belafista Hambali
Tri Pujiasih
Israwati
Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T
Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Secara geologi, kebanyakan pulau-pulau penyusun Nusa
Tenggara muda umurnya, dari 1-15 juta tahun saja (Audley-Charles, 1987) dan
terjadi sebagai pulau-pulau oseanik yang tak pernah terjadi berhubungan dengan
massa kontinen besar. Pulau-pulau ini terjadi di tempat sebagai busur kepulauan
akibat proses subduksi antara lempeng samudera Hindia dengan lempeng samudera
di sebelah timur-tenggara Sunda-land. Pulau-pulau di Nusa
Tenggara mengikuti dua busur, bagian timur Busur Sunda (Bali, Lombok, Sumbawa,
Flores bagian barat), dan bagian barat Busur Banda (Flores bagian timur, Alor,
Wetar, Romang, Damar, Teun, Nila, Serua). Di mana batas ini sesungguhnya masih
diperdebatkan. Sumba merupakan blok ekslusif dalam hal ini. Uniknya, susunan
dua busur ini diikuti pula oleh dua sistem palung yang berbeda. Palung yang
berasosiasi dengan Busur Sunda adalah Palung Sunda (Sunda Trench) di selatan
Bali-Sumbawa yang menunjam membentuk palung dengan kedalaman 6 km. Di sini
lempeng samudera Hindia menunjam ke bawah Nusa Tenggara. Sistem palung ini
berhenti di sebelah selatan Pulau Sumba. Lalu sistem palung berkitnya adalah
Palung Timor (Timor Trough), yang dimulai di sebelah selatan Pulau Sumba ke
arah timurlaut. Di sini lempeng benua Australia menunjam di bawah Nusa Tenggara
dan Timor-Tanimbar sampai kedalaman 3 km. Perhatikan perbedaan istilah dalam
bahasa Inggris untuk trench dan trough ini – itu memegang arti tersendiri dalam
tektonik, yang tak nampak dalam istilah Indonesia yang menjadi satu (palung).
Bila subduksi lempeng
samudera Hindia di Palung Sunda telah membentuk pulau-pulau volkanik busur
kepulauan Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Alor, Wetar, Romang, Damar, Teun,
Nila, dan Serua; maka penunjaman lempeng benua Australia di Palung
Timor-Tanimbar telah membentuk pulau-pulau nonvolkanik yang disusun oleh
mélange dimulai dari Rote, Timor, dan Tanimbar. Dua sistem busur kepulauan ini
telah membentuk dua sistem busur kepulauan, yaitu busur kepulauan sebelah dalam
yang volkanik – inner volcanic island arc (Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Alor,
Wetar, Romang, Damar, Teun, Nila, dan Serua) dan busur kepulauan sebelah luar
yang nonvolcanic – outer nonvolcanic island arc (Rote, Timor, Tanimbar).
Meskipun demikian,
perlu diketahui bahwa pembagian menjadi dua sistem busur kepulauan ini hanya
penyederhanaan. Evolusi busur kepulauan dalam yang volkanik mulai dari Flores
bagian timur sampai Serua (Busur Banda) lebih kompleks daripada Busur Sunda
(Bali, Lombok, Sumbawa, Flores bagian barat). Pulau-pulau volkanik Busur Banda
sejak Pliosen (5 juta tahun yang lalu) berada di belakang sistem penunjaman
Palung Timor, dan ini telah memengaruhi karakter tektonik dan volkanisme
pulau-pulau ini yang berhubungan dengan adanya lempeng samudera tua yang
terletak di depan lempeng benua Australia yang terseret masuk ke dalam Palung
Timor.
Sesunguhnya, banyak
pulau di Nusa Tenggara baru muncul di antara 10-1 juta tahun yang lalu.
Pulau-pulau yang membentuk busur kepulauan sebelah dalam yang volkanik (Bali,
Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores, Solor, Adonara, Lomblen, Pantar, Alor, Atauro,
Wetar, Romang, Damar, Teun, Nila, Serua, Manuk) merupakan pulau-pulau volkanik
muda yang terjadi dan muncul di permukaan pada Miosen Akhir-Pliosen.
Pulau-pulau volkanik ini sering mempunyai batugamping terumbu di tepinya, atau
material sedimen lainnya yang dierosi dari badan utama pulau dan tumbuh di
antara lidah-lidah lava atau bentuk ekstrusi
lainnya. Lombok dan Sumbawa merupakan pulau-pulau
di Busur Sunda yang paling timur, sebagian ada yang mengatakan Komodo dan
Flores bagian barat merupakan kelanjutannya meskipun bisa diperdebatkan.
Diskontinuitas antara Busur Sunda dan Busur Sumba dipisahkan oleh Sumba
Fracture. Menarik mengkaji lebih jauh Pulau Komodo di “junction” antara dua
sistem busur ini dan posisi Pulau Sumba di sebelah selatannya.
Secara umum, dari Bali
ke Lombok, ke Sumbawa dan terus sampai ke timurnya umur batuannya yang ekivalen
secara litologi semakin muda umurnya. Ini menunjukkan bahwa pembentukan
pulau-pulau Nusa Tenggara dimulai dari barat ke timur.
Di pulau-pulau busur
dalam, dua sistem perbukitan atau pegunungan terjadi, yaitu perbukitan/pegunungan
volkanik yang lebih tua (Mio-Pliosen) yang sudah tererosi dalam/lanjut
dicirikan dengan punggungan-punggungan sempit tererosi dalam, daan
gunung-gunungapi muda Kuarter (Plistosen-Holosen) dengan bentuk-bentuk yang
klasik mengerucut. Hal ini terjadi sebagai akibat perkembangan busur volkanik
mengikuti zona subduksi yang menerus. Pada awalnya, subduksi menghasilkan
pegunungan volkanik yang umumnya terdapat di selatan pulau-pulau Bali, Lombok,
Sumbawa. Kemudian subduksi yang berlanjut disertai perubahan sudut penunjaman
zona Benioff yang melandai daripada sebelumnya menghasilkan gunung-gunungapi
Kuarter di sebelah utara pulau-pulau ini. Kasus ini sama seperti dengan yang
terjadi di Jawa, Pegunungan Selatan Jawa adalah pegunungan volkanik yang lebih
tua, dan yang lebih mudanya sampai dengan yang Kuarter sekarang bergerak ke
utara. Tetapi hal ini tidak terjadi mulai dari Flores ke sebelah timurnya.
Contoh yang lebih
detail tentang kasus di atas diambilkan contohnya untuk Lombok dan Sumbawa. Di
kedua pulau ini, batuan-batuan volkanik tua (Mio-Pliosen) ada di selatan,
sementara gunung-gunungapi Kuarter ada di sisi utara (Rinjani, Tambora,
Satonda, Sangeang Api). Seperti di Jawa, pegunungan volkanik tua ini pun
diperkirakan terjadi sebagai jalur volkanik bawahlaut karena intensifnya
endapan batugamping yang terjadi bersamaan dengan batuan volkanik. Saat ini
batugamping dan konglomerat yang merupakan asosiasi pegunungan volkanik tua
membentuk tebing-tebing pantai berbatu, misalnya di dekat Kuta dan Blongas di
selatan Lombok, atau tinggian Taliwang di baratdaya Sumbawa yang disusun oleh
batugamping koral yang menumpu atas batuan volkanik andesitik tua. Kemudian
pada Kuarter, seiring melandainya sudut penunjaman lempeng samudera Hindia di
bawah pulau-pulau ini, terbentuklah jalur volkanik Kuarter yang kini membentuk
gunung-gunungapi aktif di bagian utara pulau (sejak dari Gunung Agung di Bali,
kemudian Rinjani, Tambora –juga Satonda, dan Sangeang Api). Di antara dua
sistem pegunungan volkanik yang tua di selatan dan jalur volkanik Kuarter di
utara, di tengahnya terbentuk dataran (central plains) yang menampung material
hasil erosi dari perbukitan di selatan dan gunungapi Kuarter di utara. Wilayah
dataran di tengah pulau-pulau ini merupakan wilayah yang sangat subur bagi
pertanian.
Sementara pulau-pulau
ke sebelah timur dari Sumbawa, mulai dari Komodo, lebih kompleks geologinya
sebab mempunyai sejarah tektonik yang berbeda. Keberadaan elemen tektonik yang
besar di utara pulau-pulau ini, Flores Thrust dan Wetar Thrust, ikut memperumit
geologinya.
Referensi :
https://geotrekindonesia.wordpress.com/2014/08/01/evolusi-geologi-nusa-tenggara/
(diakses tanggal 2 November 2015 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar