TUGAS GEOLOGI INDONESIA
TEKTONIK PULAU PAPUA
OLEH:
Kelompok III
Geogarfi B 2013
Muh. Isram Al Saban
Nursang Lageni
Tarmizin
Belafista Hambali
Tri Pujiasih
Israwati
Dosen Pembimbing
Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T
Program Studi S1 Pendidikan Geografi
Jurusan Ilmu & Teknologi Kebumian
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Geologi Papua
dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan serentak
aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke
barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua
Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang
sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan struktur kompleks terhadap
Papua Barat (Papua), yang sebagian besar dilandasi kerak Benua Indo-Australia.
Tektonik Papua Barat, secara umum
menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan oleh Tinggian Kemum di
Kepala Burung dan Central Range di Badan Burung, kedua pola ini dipisahkan oleh
Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara di daerah Leher
Burung dan juga oleh Teluk Cenderawasih
Daerah Kepala Burung mengalami
kompresi ke selatan sejak Oligosen sampai Resen. Kompresi ini merupakan hasil
interaksi konvergen miring (oblique) antara Lempeng Benua Indo-Australia dan
Lempeng Samudera Pasifik-Caroline (Dow dan Sukamto, 1984). Elemen-elemen
struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum – Plateu Ayamaru di utara, Sesar
Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan Lengguru dan Cekungan Bintuni dan Salawati di
timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin Misool-Onin-Kumawa dan Cekungan Berau
di selatan dan baratdaya. Cekungan-cekungan Bintuni, Berau dan Salawati
diketahui sebagai cekungancekungan Tersier.
Sistem sesar sorong memanjang dari
daratan Irian Jaya bagian utara yang mengikuti garis pantai melewati Selat Sele
dan bagian utara Pulau Salawati. Lebarnya sampai 10 km dan berarah
Barat-Baratdaya. Sistem sesar itui berkembang sebagai hasil prosesyang sangat
rumit. Strike-slip dan sesar normal berkembang di sepanjang bidang sesar yang
terputus-putus. Sungai Warsamson yang berarah timur-barat dan perbukitan sempit
yang memanjang di utaranya dipengaruhi oleh sesar dan merupakan batas selatan
struktur tersebut (Visser & Hermes, 1962; Hamilton, 1979; Dow &
Sukamto, 1984; Piters dkk, 1983).
Blok Kemum adalah bagian dari
tinggian dasar, di batasi oleh Sesar Sorong dan Sesar Ransiki di timur.
Dicirikan oleh batuan metamorf, pada beberapa tempat diintrusi oleh granit
Permo-Trias. Batas selatannya dicirikan oleh kehadiran sedimen klastik tidak
termetamorfosakan berumur Paloezoikum-mesozoikum dan batugamping-batungamping
Tersier (Pigram & Sukanta, 1981; Pieters, 1983). Blok Kemum terdangkal pada
masa Kenozoikum Akhir dan merupakan daerah sumber sedimentasi utama pengisian
sedimen klastik di utara Cekungan Bintuni.
Cekungan Bintuni merupakan Cekungan
Tersier di selatan Blok Kemum, dibagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan
Anjakan Lengguru. Cekungan ini dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan Berau
oleh Perbukitan Sekak.
Platau Ayamaru dan Pematang Sekak
merupakan tinggian di tengah Kepala Burung, dicrikan oleh sedimen tipis berumur
Mesozoikum dan Tersier. Kedua tinggian
ini memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser & Hermes, 1962; Pigram
and Sukanta, 1981).
Antiklin Misol-Onin-Kumawa merupakan
bagian antiklinorium bawah laut yang memanjang dari Pennisula Kumawa sampai ke
Pulau Misool (Pigram dkk, 1982).
Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah
baratdaya-tenggara diperlihatkan oleh suatu seri bentukan ramps dan thrust. Dibagian selatannya, jalur ini
terpotong oleh Zona Sesar Terarah –Aiduna (Hobson, 1987).
Tanjung Wandama pada arah
selatan-tengara, merupakan jalur sesar yang dibatasi oleh batuan metamorf.
Daerah ini dapat dibagi menjadi zona metamorfisme derajat tinggi di utara dan
derajat rendah di selatan (Pigram dkk, 1982).
Zona Sesar Terarah-Aiduna merupakan
zona sesar mendatar mengiri di daerah selatan leher burung. Jalur Lipatan Anjakan
Legguru secara tiba-tiba berakhir di zona berarah barat-timur ini. Sesar ini
digambarkan (Hamilton, 1979 dan Pigram dkk, 1982) memotong Palung Aru dan
semakin ke barat menjadi satu dengan zona subduksi di Palung Seram.
Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen (35– 5 JT)
Pada bagian belakang busur Lempeng
kontienental Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi
dari Kelompok Batugamping New Guinea selama Oligosen – Awal Miosen dan
pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas
penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak
samudera selama periode 44 – 24 Juta Tahun yang (JT). Kejadian ini seiring
kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen – Awal
Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan
Bacan, Komplek Porphir West Delta – Kali Sute di Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi
pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada
bagian utara dan Timur Laut Lempeng Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk
Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papau diekspresikan oleh adanya
Formasi Tamrau. Pada Akhir Miosen
terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah utara,
membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Australia
membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon – Utawa dan busur Maramuni di New
Guinea.
Periode Miosen Akhir – Plistosen (15 – 2 JTL)
Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi
utara Lempeng Australia di New Guinea sangat dipengerahui oleh karakteristik
penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan
Moon-Utawa yang diperkirakan *berusia 18 – 7 Juta Tahun. Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek
emas sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan
Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon
menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran
selama Miosen Akhir.
Pada 10 juta tahun yang lalu,
pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng
Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian
utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur
kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian “Landasan
Sayap Miosen” seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok Tosem
dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur
antara Busur Melanesia dan bagian tepi
utara Lempeng Australia yang diduduki oleh
Busur Gunung Api Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta
tahun yang lalu dan merupakan akhir dan penunjaman dan perkembangan dari busur
Moon – Utawa. Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup
dari barat ke timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu – Zona Patahan Markam. Pasca
tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan
ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka
tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng
Australia. Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini
menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen
usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur. Intensitas
perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur.
Akibat tumbukan tersebut memberikan
perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan paparan di bagian selatan
dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan
tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng Australia
dan pergerakan ke barat lempeng Pasifik
mengakibatkan terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal itu
mengakibatkan pergerakan evolusi
tektonik Papua cenderung ke arah Utara – Barat sampai sekarang. Kejadian
tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang diakibatkan
oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambatkan oleh irisan
stratigrafi di bagian mulai dari batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari
bagian sisi utara Lempeng Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua.
Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf dan
teras ophilite yang menandai kejadian pada Miosen Awal. Perbatasan bagian
selatan dari sesar naik ini ditandai oleh
adanya batuan dasar Precambrian yang terpotong di sepanjang Jalur Sesar
Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa
pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada 4 – 3,5 juta tahun yang lalu
(Weiland, 1993).
Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun
yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I – suatu tipe magma
yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber mineralisasi
Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen (3,5 – 2,5
JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian
pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon
dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang
diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan
sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith (1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah
terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan
sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil
penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan
t*mbaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat – tempat konsentrasi
cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan
Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata
Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa – Dawagu, Mogo Mogo – Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu,
Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm
Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali
Sute. Sementara itu dengan adanya busur
kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari :Waigeo Island
(F.Rumai) Batanta Islamd (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak
Volc), Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), Memungkinkan
terdapatnya logam, emas dalam bentuk nugget.
Referensi :
Demi Nawipa, Jr, 2012.
Skripsi Geologi Muda UNIPA
https://demimaki.wordpress.com/biokisah/tektonik-geologi-papua/(diakses
tanggal 2 November 2015)